Foto: subarno sumber liputan6.com
Melihat kotoran sapi yang melimpah di Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Ponorogo, Jawa Timur, terbuang percuma, Kepala Desa yang sekaligus mantan TKI, Subarno akhirnya tergerak untuk turun tangan mengolah kotoran sapi untuk pupuk.
Bapak dua anak ini memulai usaha pembuatan pupuk organik sejak 2007. Berawal banyaknya warga yang memelihara sapi, tapi kotorannya dibuang begitu saja. Banyak warga yang justru menawarkan kotoran sapi miliknya kepada Subarno.
Demi menggaet pasar, Subarno membagikan pupuknya ke beberapa kenalan. Setelah beberapa lama, banyak pemesan datang. Bahkan, para petani dari berbagai daerah juga sering belajar kepadanya cara membuat pupuk organik. Sayangnya, pupuk buatan Subarno belum memiliki izin nama produk, jadi pupuk masih untuk kalangan sendiri.
Dalam satu bulan Subarno mampu memproduksi 5-6 ton pupuk kandang yang dibantu oleh dua pekerja. Satu karung isi 40 kg pupuk bubuk halus dijual dengan harga Rp 20 ribu. Pupuk granul satu karung dijual Rp 25 ribu.
Pupuk buatan Subarno mampu mengarah ke pembentukan tanah karena ada kandungan nutrisi makro dan mikro. Dengan begitu, tanah di sawah jauh lebih mudah dibajak dan penyerapan hara tanaman jadi lebih mudah dan bisa menghemat pupuk kimia sampai 30%. (Ol)