Bejo, Kepala Desa Tracap
Ada yang unik di desa Tracap, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo. Keunikan ini berupa adanya spanduk desa paling selatan wonosobo ini sebagai Kampung Buruh Migran Indonesia. (BMI). Kampung yang baru berdiri 10 tahun ini, rencananya akan dijadikan contoh sebagai kampung BMI pertama yang ada di Indonesia yang bisa memberdayakan mantan BMI Seperti yang diutarakan oleh Bejo, Kepala Desa Tracap, yang mengatakan kampung yang diresmikan oleh Jumhur Hidayat kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) ini bertujuan untuk membuat BMI menjadi mandiri dan tidak kembali bekerja ke luar negeri. Maklum hampir 80% warga desa Tracap ini berprofesi sebagai BMI.
Berbagai Program Pengembangan Ekonomi
Untuk program kemandirian mantan BMI ini, dibuat kegiatan pengembangan ekonomi di Kampung Buruh Migran tersebut dengan bertujuan membangun ekonomi kerakyatan yang berbasis buruh migran. Kegiatannya dengan mendirikan Koperasi Buruh Migran. Koperasi ini beranggotakan 79 mantan buruh migran. Bidang usaha dari koperasi ini adalah menjual berbagai macam kebutuhan pokok rumah tangga dengan system keuntungan yang digunakan untuk penghasilan anggotanya dan kegiatan sosial masyarakat Kampung Buruh Migran Desa Tracap. Selain itu ada kegiatan membentuk Kelompok Simpan Pinjam ”Anugerah”. Setiap anggota boleh meminjam sejumlah uang sesuai dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Simpan pinjam ini dikelola oleh dan untuk anggota sendiri, dengan bunga yang sangat ringan dan tanpa agunan.
Kemudian, ada kegiatan kelompok ternak kambing ”Mugi Rahayu”. Anggota kelompoknya adalah para mantan BMI yang pernah menjadi korban penjualan manusia (Human trafficking). Mereka mengelola 100 ekor kambing. Ada pula kelompok ternak ayam petelor ”Sekar Arum”. Peternak di kelompok ini juga juga merupakan korban penjualan manusia. Di kelompok itu, mereka mengelola 500 ekor ayam petelor.
Luar biasanya, selain ada kegiatan ekonomi juga ada ada pula ”sekolah gratis” PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang bernama Ori School. Sekolah ini dibuat khusus untuk anak para BMI seperti yang diutarakan oleh Maizidah Salas, Kepala Sekolah PAUD ini. Kami sengaja mendirikan sekolah utuk anak-anak balita (dibawah lima tahun) ini agar anak para BMI bisa terurus khususnya dalam pendidikan. Sekolah ini berdiri karena sering kali para orangtua yang berangkat ke luar negeri menjadi BMI meninggalkan anak-anak mereka yang masih kecil. Anak anak hanya dititipkan pada sanak saudara. Padahal, anak-anak itu membutuhkan kasih sayang orangtua untuk tumbuh dan berkembang sesuai usianya yang masih dini. Dengan alasan itulah, Ori School dihadirkan untuk membagikan sedikit kasih sayang mewakili orang tua mereka.
Banyak kegiatan positif yang bisa menunjang kemandirian para mantan BMI ini, sehingga membuat mereka berpikir ulang untuk berangkat keluar negeri.
Terbukti, sebelum kampung ini terbentuk, sekitar 80% warganya berprofesi sebagai BMI, tetapi setelah kampung ini terbentuk, terjadi penurunan warga yang bekerja ke luar negeri hingga tertinggal hanya 20% saja yang berangkat lagi menjadi BMI seperti yang diutarakan oleh Bejo, Kepala Desa Tracap. Diharapkan kampung ini bisa menjadi percontohan bagi kampung BMI lainnya yang ada di Indonesia dimana terdapat kegiatan ekonomi yang terintegrasi (menjadi satu) dan terjadi sinergi yang bagus antara pemerintah pusat dan daerah, LSM dan Lembaga Internasioanal seperti International Organization for Migration (IOM). Semoga dengan adanya pemberdayaan ini, para mantan BMI bisa mandiri dan memiliki semangat tinggi untuk maju, sehingga ke depannya bisa lahir pengusaha baru dari para mantan BMI. (HM).