Foto: RISKI Pramudianto (kiri) anak sulung TKI Endah Suherti (46) menunjukkan surat dari ibunya yang sudah 14 tahun tidak pulang, sumber kabarcirebononline.com
Seorang TKI asal Kabupaten Majalengka kembali menghadapi masalah dan tidak bisa pulang sudah 14 tahun lamanya, dengan alasan majikannya tidak mengizinkan pulang sementara gaji tidak pernah dibayar. Parahnya lagi kondisi TKI tersebut kini mengalami sakit hipertensi, jantung, liver dan sejumlah penyakit lainnya.
TKI tersebut Endah Suherti (46), warga Blok Jumat, RT 002 RW 005, Desa Cidenok, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, anak pasangan Kusna dan Karsinten keduanya sudah almarhum.
Salah satu anak Endah, Riski Pramudianto (25) ditemui di rumahnya menyebutkan, awalnya semua keluarga sudah pasrah dengan keadaan ibunya yang sudah sangat lama tidak ada kabar berita, bahkan ayahnya Untung Subianto sejak tiga tahun tinggal Endah ke Arab Saudi sudah menikah lagi dengan wanita lain.
“Senin (7/1/2019) kemarin, kami mendapat surat dari ibu, yang isinya mengatakan minta dijemput, karena sekarang sudah hampir setahun dikurung tidak bisa keluar dan bekerja lagi di salon tempat usaha majikannya,” ungkap Riski.
Dalam surat tersebut juga dikatakan, gajinya selama bekerja disimpan di bank namun atas nama majikannya sehingga tidak bisa diambil. Ketika minta untuk diambil dan minta untuk pulang malah balik mengancam akan memperkarakannya secara hukum dan akan membunuh.
Endah mengatakan, pernah mengadu ke KBRI melalui sambungan telepon dan diterima Satgas bernama Muhamad Sidik dengan no telpon 055 757 7325 namun tidak mendapat respon yang baik dan malah, majikannya memutar balikan fakta bahkan menjelekkannya.
Endah bisa mengirim surat tersebut berupaya dititipkan kepada seorang sopir asal India yang diberikan melalui celah jendela. Beruntung sopir asal India ini sangat baik sehingga bersedia membawanya.
“Surat ibu sebanyak empat lembar ini kemudian difoto oleh orang India tersebut, dan dikirimkan melalui WA kepada bibi Haryati yang kini bekerja di Taiwan, karena Ibu memberikan nomor telepon bibi, kemudian bibi mengirimkannya ke paman Karyadi, kemarin WA bibi kami terima,” papar Riski.
Dijelaskan Riski, ibunya berangkat ke Arab Saudi pada 23 November 2006 melalui jasa sponsor Samsudin di Ciwaringin, Cirebon serta PJTKI PT Vida Aviana Duta di Jakarta yang kini perusahaanya sudah lama bubar dan Samsudin pun lepas tangan.
Begitu bekerja Endah bekerja menjadi Pembantu Rumah Tangga dan mengasuh anak-anak di rumah Fatmah binti Husen dengan alamat yang tertera dalam surat, Om Talal Isbaha, Khamis Mudhait, Saudi Arabia.
Selama dua tahun bekerja, lima kali Endah berkomunikasi ke keluarga di Cidenok dan mengirimkan uang untuk anak-anaknya sekolah setiap kali mengirim sekitar Rp 2.500.000 hingga Rp 3.000.000. Namun di tahun ke tiga ibunya tersebut tidak pernah melalukan komunikasi baik melalui surat ataupun telpon.
Kemungkinan karena tidak ada kabar akhirnya suami Endah pun menikah lagi dengan wanita lain sedangkan dua anaknya tinggal bersama keluarga Endah. Rina Dwi Pratiwi (15 tahun) di Jakarta ikut bersama kakak kandung Endah untuk melanjutkan sekolah ke SMA sedangkan Riski sejak kecil tinggal bersama uwaknya Haryati dan Supandi yang juga kaka kandung ibunya.
Disebutkan Supandi dan Riski, persoalan mulai dihadapi ibunya setelah dua tahun bekerja, tepatnya sejak majikannya mengalami perceraian. Paska bercerai tersebut suami majikannya pergi entah kemana sedangkan Fatmah binti Husen membuka salon dan Endah akhirnya bekerja di Salon.
Kabar yang diterima keluarga, selama bekerja dia mengalami banyak penyiksaan hingga beberapa bagian tubuhnya hingga bagian kepala mengalami luka robek dan luka jahitan. Selain itu kini Endah mengalami hipertensi, jantung dan gejala struk.
Yang membingungkan seluruh dokumen ketenagakerjaan miliknya kini tidak ada karena ketika perceraian dokumen tersebut dibawa suami majikannya yang kini entah di mana. Sehingga kini Endah tak memiliki dokumen apapun.
Menurut Supandi, dirinya pernah mendatangi BNP2TKI untuk menanyakan adiknya tersebut, namun pegawai di sana minta dokumen milik Endah seperti paspoor, nomor visa dan perjanjian kerja dengan pihak majikan, sementara tidak ada dokumen Endah tersebut. Apa yang diminta pihak BNP2TKI tidak bisa dipenuhi keluarga.
“Sekarang kami tidak bisa berjuang karena biayanya tidak ada, selain itu kami juga tidak tahu harus datang ke mana,” kata Supandi.
Upaya yang dilakukan keluarga, menurut mereka, selama ini hanya melalui orang pintar, sejumlah orang pintar didatanginya, hasilnya hanya menyebutkan Endah suatu saat akan pulang. (Ol)