Kesuksesan bukan hanya dilihat dari berapa banyak materi yang dibawa dari hasil bekerja di luar negeri, melainkan sukses adalah suatu keberhasilan dalam segala hal yang sejalan sesuai dengan perencanaan.
Demikian penuturan Hariyanto, mantan BMI Saudi Arabia dan Amerika Serikat yang saat ini selain aktif berwiraswasta juga aktif di organisasi perburuhan yang banyak membantu menyelesaikan permasalahan kawan-kawan BMI yang terkena masalah.
Hariyanto anak ke tiga dari empat bersaudara asal Ngantang, Kabupaten Malang Jawa Timur ini sudah mulai bekerja sejak ia masih sekolah. Tahun 1994 Hariyanto yang biasa dipanggil Hari ini bekerja di bengkel saat ia sudah pulang atau sedang libur sekolah.
Setelah Hari lulus, ia mencoba mengadu nasib berangkat menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi. Selama kurang lebih 5 tahun, dari 1996 sampai akhir 2001 Hari menjalani pekerjaannya sebagai pengawas di toko sekaligus menjadi sopir toko majikannya.
Hari yang lahir di kota Malang pada 4 Mei 1980 ini kembali ke tanah air, kemudian ia mencoba peruntungannya untuk kembali bekerja ke Timur Tengah. Namun siapa sangka jika kali ini Hari gagal berangkat karena ia justru kena tipu oleh saudaranya sendiri dengan kerugian bernilai puluhan juta rupiah. Akhirnya Hari banting setir memilih untuk mencoba berwirausaha di rumah.
Hari mencoba usaha awalnya dengan berdagang sayur yang memang sangat berpotensi di daerahnya. Hari yang sampai saat ini masih melajang tidak hanya menjual sayur di tempat, namun juga menjual sayur dalam jumlah cukup besar (borongan) ke berbagai pasar lokal di sekitar Kabupaten Malang. Usahanya ini sampai melejit berhasil menjual sayur ke luar Malang bahkan sampai ke luar Pulau Jawa, di antaranya ke Sulawesi dan Kalimantan.
Hari yang mempunyai hobi olah raga bola dan menulis ini sempat juga bekerja ke Amerika Serikat sebagai pekerja di Restoran Chinese Food. Namun keberadaanya di Negara paman Sam itu tidak lama sehubungan dengan adanya tragedi World Trade Centre yang mengakibatkan banyak korban. Baru beberapa bulan saja bekerja, Hari harus kembali ke tanah air.
Hari kembali membuka usaha di tanah air. Ia mencoba membuat home industri kripik pisang kulit special yang usahanya ini juga sempat melejit. Hari pun sudah membuat hak paten dan usahanya ini terdaftar ijin. Namun akhirnya usaha ini gulung tikar karena bahan baku yang sangat mahal.
Tahun 2007 Hari yang sebelumnya independent mencoba gabung dengan organisasi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) cabang Malang. Ia mulai aktif dan rajin ikut kegiatan positif saling membantu menyelesaikan permasalahan para buruh.
Hari juga menjadi pelopor pendiri Koperasi Aremania Ngantang pada tahun 2010. Hari sendiri terpilih menjadi ketua koperasi tersebut sampai sekarang. Usaha koperasi yang dijalankan diantaranya adalah home industri, traveling tiket dan distro perlengkapan olah raga khususnya aksesoris Aremania.
Sambil menjalankan koperasi dan aktif di organisasi, Hari sempat usaha sampingan lainnya menjadi peternak sapi perah. Namun lagi-lagi akhirnya usaha ini harus berhenti karena terkena imbas dari musibah meletusnya Gunung Kelud. Hari harus merelakan saat mendapati ternaknya mati dan yang lainya dijual karena sudah tidak produktif lagi.
Sebagai koordinator advokasi kini Hari terjun aktif di organisasi serikat buruh. Ia pun hijrah ke Jakarta demi bisa menjalankan visi dan misinya. Satu hal yang membuat hari tertarik bergabung dan full menjadi pengurus di SBMI Pusat karena menurut hari SBMI adalah salah satu organisasi yang pintu masuk keanggotaanya mayoritas dari pengalaman kasus.
“Selama menjadi pengurus SBMI sejak tahun 2012 sampai sekarang banyak suka duka yang dirasakan. Kalau dibilang duka tidak juga karena memang aku menikmati. Sukanya tentu saja saat mempunyai kebanggaan bisa membantu sesama dalam segala hal, baik kasus, informasi yang akurat soal ketenaga kerjaan, memberikan sosialisasi atau pendidikan gratis soal paralegal, pemberdayaan, pengelolaan remitensi dan yang lainnya.”
Memang sudah menjadi tujuan serikat buruh migran untuk memberikan bantuan dan semua perjuangan ini murni karena kerelaan. Hari dan pengurus lainnya tidak pernah memaksakan kehendak untuk mewajibkan atau mengharuskan kepada teman-teman para buruh untuk masuk organisasi. Hari dan kawan-kawan hanya bisa mengedukasi termasuk dalam modul pengorganisasian.
Tetapi pengalaman membuktikan banyak yang ingin bergabung dengan organisasi setelah merasakan benar manfaat serta bantuannya. Seperti di Majalengka merasakan manfaat dalam berorganisasi dan mengajukan untuk segera dibentuk Serikat Buruh Migran Indonesia di Majalengka.
Yang terbaru kawan kawan Anak Buah Kapal (ABK) mengajukan untuk dibentuk SBMI Devisi Kelautan itu karena mereka sendiri menerima banyak manfaat dalam berorganisasi. Dengan beorganisasi bisa mengutaakan aspirasi ke publik, bisa mengawal kasus sampai selesai, bisa mendorong dan memantau kebijakan dalam segala sektor.
“Intinya kami selalu mendorong kawan-kawan BMI untuk bisa beorganisasi apapun bentuknya untuk menyatukan visi misi dan cara pandang atau bisa memetakan mana lawan dan mana kawan maksudnya dalam hal keberpihakannya jelas.” Jelas Hari saat diwawancara.
Dengan berorganisasi BMI mudah untuk menyuarakan hak dan keadilan. Kalau buruh migran sudah mau bersuara dan menjadi satu kesatuan yang kuat tanpa ada kepentingan yang lain sangat mungkin untuk mengguncangkan mafia kasus perburuhan karena ada hubugan saling membutuhkan antara negara pengirim dan negara penerima.
Menurut Hari kesuksesan dalam kontek buruh migran bukan hanya pulang bawa uang banyak tetapi kesuksesan menjadi buruh migran adalah dengan bisa memaksimalkan hasil yang diperoleh misalnya ketika pulang, BMI sudah bisa membuat usaha sendiri apapun bentuknya yang sesuai dengan potensi daerah masing-masing sehingga sudah tidak ada keinginan untuk jadi BMI lagi.
Di ujung pertemuan Hari berpesan kepada semua BMI untuk jadi BMI cerdas, mandiri, bermartabat di mata pemerintah dan majikan. Tunjukkan kepada dunia BMI bersatu dan bersuara demi mewujudkan keadilan bagi buruh migrant.
“BMI dimanapun berada mari kita mulai bisa saling berbagi, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi persoalan yang tidak bisa terurai. Saling belajar menghadapi masalah sendiri karena kalau bukan BMI sendiri yang aktif, cukup sulit jika hanya menunggu bantuan pemerintah sekalipun.” (ol)