Foto ilustrasi diambil dari BNP2TKI.
Korea Selatan membuka peluang bagi tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di sektor manufaktur. Kendati lowongan yang tersedia umumnya pada industri skala kecil, tapi fasilitas dan take home pay yang diberikan setara dengan industri besar. Adapun pengiriman TKI ke Korea Selatan diatur melalui skema government to goverment (G to G).
Demikian diungkapkan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat, Ferry Sofwan. Ia mengungkapkan hal itu saat peluncuran Dua Juta Kesempatan Kerja dan Bursa Kerja, akhir minggu lalu di Kantor Disnakertrans Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Bandung.
Kebutuhan TKI di Korea Selatan sangat besar. Pemerintah Korea tidak menentukan kuota ataupun menyebutkan kebutuhan jumlah tenaga kerja asing. Tapi, menurut Ferry, berapapun kesanggupan Indonesia memasok TKI, mereka akan menampung.
Apa yang harus disiapkan? Untuk bekerja di Korsel, yang harus disiapkan adalah kemampuan bahasa dan perilaku. Tidak boleh buang sampah sembarangan, tidak merokok sembarangan, tidak menyebrang sembarangan, apalagi menerobos lampu lalu lintas.
Perilaku, menjadi pekerjaan rumah terbesar yang harus disiapkan calon TKI ke Korsel. Pasalnya, sekecil apapun catatan negatif yang ditorehkan di negara tersebut, akan menghambat proses pengajuan perpanjangan kerja di Korsel setelah kontrak tiga tahun pertama selesai.
Di Korsel, tenaga kerja asing sangat dihormati. Hak dan kewajiban mereka disamakan dengan penduduk lokal. Proteksi oleh perwakilan Indonesia pun dilakukan dengan maksimal.
Gaji dasar TKI di Korsel sekitar 6.500 won per jam. Sudah termasuk perlindungan asuransi yang memadai dan disediakan tempat tinggal serta makan dua kali sehari.
Dalam satu bulan, TKI bisa mengantongi sekitar Rp 14 juta. Jika rajin bekerja lembur, gaji yang diterima bisa mencapai Rp 30 juta. Dalam kondisi paling boros sekalipun, TKI masih bisa menabung karena biaya hidup di Korsel tidak terlampau tinggi.
Dalam sebuah survei yang dilakukan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), sebanyak 92% pemilik perusahaan di Korsel mengaku sangat puas dengan kinerja TKI. Mereka dinilai rajin bekerja, tapi kelemahannya adalah penguasaan Bahasa Korea yang terbatas.
Tahun 2016 Jabar memberangkatkan sekitar 1.200 TKI ke Korsel. Saat ini total jumlah TKI asal Jabar di Korsel mencapai 9.000 orang. Bagi masyarakat Jabar yang tertarik syarat utama kerja ke Korea adalah harus mengantongi ijasah SMA/SMK, mempersiapkan penguasaan Bahasa Korea, dan attitude. (Ol)