Foto diambil dari pro Kalbar.
Maksud hati membantu ibunda di kampung dengan menjadi pembantu rumah tangga di Pontianak, namun kenyataan lain yang harus diterima UT, gadis 12 tahun asal dari Desa Ngarak, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak. Dari keterangan polisi, majikan bernama Dodi (27) beralamat di Gang Sumber Agung 3, Jalan Kesehatan, Pontianak Selatan.
Kapolsek Pontianak Selatan, AKP Ridho Hidayat, hanya menginformasikan kepada Kalbarprokal.co Selasa (29/11) jika kasus masih dilengkapi pendalamannya.
Belakangan diketahui, terungkapnya penganiayaan terhadap UtT yang sudah yatim itu dari laporan warga setempat. Mereka merasa kasihan dengan UT yang hanya mengenyam bangku sekolah kelas 5 SD.
Dari pemeriksaan awal terhadap Dodi, penganiayaan dilakukan enam kali dalam waktu berbeda. Pertama kali terjadi pada Senin, 12 September. Saat itu Istri Dodi kehilangan uang. “Ditanya ke UT, tapi tidak mengaku. Kehilangan lagi untuk yang kedua kalinya, baru UT ngaku. Akhirnya dia ditempeleng Dodi,” tutur Ipda SM Siregar, Panit II Riksa Polsek Pontianak Selatan, ketika dikonfirmasi ulang.
Penganiayaan yang terakhir terjadi pada Jumat, 25 November. Dodi menonjok kening korban. Hal itu disebabkan karena Dodi menganggap korban malas bekerja atau tidak becus dalam bekerja.
Usai pemukulan itu, UT masih bertahan. Hingga akhirnya, pada Senin 28 November malam, ia tak kuasa lagi menahan sakit bekas pukulan di sekujur tubuhnya. UT pun berlari keluar dan bersembunyi di samping rumah dengan kondisi mata bengkak. “Oleh tetangga yang sering mendengar suara tangisan dan melihat korban, malam itu langsung membuat laporan ke Polsek Pontianak Selatan,” terang Siregar.
UT yang seperti orang ketakutan, kaget dan tak menyangka polisi menjemput dan kemudian membawanya ke Mapolsek Pontianak Selatan. Saat diperiksa, UT hanya menahan sakit dan tampak bingung. Namun, perlahan UT mulai mengakui bahwa ia memang kerap diperlakukan tak seperti manusia. Bayangkan, untuk asupan nutrisinya saja, UT mendapat yang sudah basi.
Selama tiga bulan bekerja, UT di mata Dodi tidak pernah benar. Meski begitu menurut Siregar, pemukulan tersebut tetap tidak layak dilakukan. Tidak seharusnya dipukuli, dibenturkan kepala ke dinding. Anak seumur itu harusnya diasuh bukan mengasuh. Kini, Dodi yang memiliki seorang anak berusia 7 bulan masih diperiksa di Mapolsek Pontianak Selatan. (ol)