Untuk memberikan persiapan yang lebih baik dalam segi bahasa bagi Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) Kabupaten Banyuwangi, Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Banyuwangi mengadakan sebuah Pelatihan Bahasa Mandarin yang diikuti 25 Peserta CPMI dari berbagai Kecamatan di wilayah Kabupaten Banyuwangi di Desa Sraten Kecamatan Cluring. Seperti yang diungkapkan Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Banyuwangi Nunuk Sri Rahayu saat membuka acara Pelatihan bahwa kemampuan bahasa adalah salah satu hal terpenting yang harus dimiliki pekerja migran.
”Salah satu kendala para CPMI adalah bahasa. Banyak kasus saat di negara penempatan adalah bahasa, hingga majikan komplain dan akhirnya memulangkan pekerja migran tersebut dengan alasan tidak bisa diajak komunikasi. Pada kesempatan ini kami mengadakan pelatihan bahasa Mandarin untuk persiapan bagi yang ingin bekerja di negara Taiwan yang negaranya menggunakan bahasa Mandarin,” terangnya.
Hal senada juga di ungkapkan Aktivis Pekerja Migran Indonesia sekaligus Ketua Keluarga Migran Indonesia (KAMI) Kabupaten Banyuwangi Krishna Adi yang senantiasa mendampingi serta memonitoring pelaksanaan pelatihan bahasa mandarin yang diadakan mulai dari tanggal 02 November 2017 hingga 13 November 2017 (10 Hari).
”KAMI kabupaten Banyuwangi sangat mendukung program program dari Disnaker Banyuwangi, untuk para PMI Purna ataupun Calon PMI. Seringkali kami mendapatkan aduan kasus karena pekerja migran tersebut belum bisa bahasa,padahal kebanyakan di pekerjakan menjadi Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) yang harus paham akan pekerjaannya dalam rumah tangga. Jika majikannya baik, bisa dimaklumi dan diajarkan perlahan, tetapi jika majikannya orang sibuk maka mereka ingin pekerja yang siap pakai,” ungkapnya.
Pita Rahayu (23) yang belum pernah bekerja ke luar negri kepada Indosuara mengungkapkan harapannya.
”Kami bersama teman-teman yang lain sangat senang sekali diadakan acara pelatihan seperti ini. Kami bisa belajar banyak baik ucapan dan tulisan, hingga nanti jika sudah proses dan belajar di penampungan tinggal mengasah kemampuan agar bisa lebih baik,” tuturnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Nurcholifah (40) yang pernah bekerja di Taiwan. ”Walau saya sudah bisa berbahasa Mandarin, tetapi di sini banyak pembelajaran yang sangat berarti, hingga kami lebih memahami dan mengerti lagi nada ucapan serta tulisannya, hingga nanti saat kembali ingin bekerja lagi ke Taiwan sudah siap dan fasih bahasanya.”
Sulistyani Instruktur pelatihan bahas Mandarin yang diadakan selama 10 hari ini, menceritakan bahwa antusias para peserta luar biasa,baik yang masih calon maupun purna TKI perlahan namun pasti sudah mulai bisa menyerap apa yang diajarkan.
”Dengan suasana yang nyaman dan rileks serta kekeluargaan, mereka dengan cepat bisa membaca, mengucapkan dan menghafalkannya, semoga ini bisa menjadi bekal untuk bekerja ke Taiwan,” Pungkasnya.