Foto diambil dari SBMI.
Setelah mengunjungi beberapa korban buruh migran ABK perikanan, pengurus Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) bersilaturahmi ke Bupati Enthus Susmono di rumah dinasnya Jalan K.H Wahid Hasyim Tegal pada 24 Juni 2016.
Kunjungan silaturahmi ini untuk menunjukkan fakta yang dialami oleh buruh migran ABK perikanan asal Tegal. Beberapa di antaranya ada yang mengalami kecelakaan sehingga kakinya patah, ada yang meninggal tapi jasadnya sampai saat ini tidak ditemukan, ada yang dianiaya oleh mandornya hingga cacat permanen, dan dipulangkan tetapi tidak digaji. Sambil lesehan Ki Dalang Enthus melayani rombongan SBMI.
Di rumah dinasnya yang dipenuhi aksesoris wayang itu, Dalang Enthus Susmono menyatakan keprihatinannya dengan peristiwa yang dialami oleh warganya. Ia menanggapi bahwa persoalannya memang berakar dari persoalan carut-marutnya kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
“Catet ya, jangan disensor ini karena pemerintah pusat” kata Ki Dalang seperti diberitakan SBMI di website resminya.
Kebijakan penempatan dan perlindungan buruh migran ABK perikanan yang berjalan saat ini memang membingungkan, ada yang menghentikan ada juga yang membolehkan. Bupati Enthus sendiri tidak berani melarang karena menyangkut persoalan perut warganya. Kebijakan preventif yang bisa lakukan adalah memfasilitasi pembangunan Balai Latihan Kerja bagi calon buruh migran ABK. Dana pembangunan bersumber dari APBD Kabupaten Tegal senilai kurang lebih 3 milyar. Untuk mewujudkan itu, lanjut Enthus, bukan persoalan mudah karena harus ada persetujuan anggaran dari DPRD.
“Itu pun belum bisa beroperasi karena terbentur aturan hubungan laut,” jelasnya.
Enthus melanjutkan bahwa persoalan ini adalah persoalan bersama, baik pusat, provinsi, daerah dan desa, harus ada perbaikan bersama, apa yang bisa dilakukan oleh Pemkab Tegal adalah melindunginya dalam berbagai bentuk. Ia akan perintahkan orang dinas terkait untuk memastikan bantuan apa saja yang bisa dilakukan, seperti bantuan pendidikan untuk anak-anak almarhum para ABK asal Tegal.
Enthus juga menyadari bahwa saat ini pemerintah masih lemah dalam persoalan pendataan buruh migran, lemah dalam penyediaan layanan informasi, sosialisasi dan pelatihan. (ol)